Spot Informasi Bisnis dan Lifestyle Anda

Full width home advertisement

SafelinkU | Shorten your link and earn money

Post Page Advertisement [Top]

SafelinkU | Shorten your link and earn money

Anak Buah yang Diharapkan

Siang hari. Makan siang dengan teman hamba TUHAN. Kami tidak pesan catering untuk kuliah siang itu, jadi kami pergi keluar untuk makan siang. Sambil makan, kami ngobrol tentang materi kuliah hari itu. Asyik saja, karena kami ini praktisi dalam dunia pelayanan diajar oleh dosen yang hanya menguasai akademik. Maka yang terjadi adalah ketidak seimbangan antara teori dan kenyataan dalam pelayanan. Seru. Perlu belajar lagi menyeimbangkan praktek pelayanan dengan teori-teorinya.



Selain ngobrol soal kuliah, kami ngobrol soal gereja lokal, juga ditambahi dengan kisah pelayanan gereja lokal lain di Semarang. Saya mendengar kisah bagaimana perkembangan satu gereja, bagaimana ada gereja yang stagnan, gereja yang mundur, juga ada gereja yang bingung mau model penggembalaan seperti apa.



Obrolan kami sampai kepada para pelayan TUHAN yang pindah-pindah. Ada staff gereja ada juga yang pendeta. Ditambahi dengan kisah mutasi para pelayan gereja di antara gereja-gereja lokal. Saling tukar menukar pelayan TUHAN. Saya banyak mendengarkan. Saya cukup asing dengan 'mutasi' para pelayan gereja lokal. Maklum saya baru 'membuka mata membuka telinga' setelah mulai menggembalakan gereja lokal secara mandiri. (saya jarang mendengar rumah tangga gereja yang lain).



Mendengar ceritanya, ternyata cukup seru juga pergeseran para pelayan antar gereja lokal. Alasannya bermacam-macam, ada yang karena ketidak cocokkan dengan pemimpin baru, ada alasannya tentang uang, ada alasannya tentang jadwal khotbah, juga ada alasannya tentang kesetia kawanan karena rekannya keluar ikut keluar, ada juga alasannya karena tidak bisa mengembangkan diri di tempat yang lama.



Saya heran dengan beberapa alasan yang saya dengar. Apalagi beberapa nama yang disebut saya cukup mengenalnya. Herannya saya karena menjadi tahu alasan banyak orang melayani TUHAN. Kalau mutasi para pelayan gereja lokal itu di level full timer biasa, mungkin saya bisa maklum. Tetapi ini dilakukan oleh para pendeta. Saya kaget. Buat saya menjadi hamba TUHAN itu kesempatan mulia untuk melayani TUHAN. Soal jadwal khotbah, kecocokan dengan pelayan gereja yang lain, soal persembahan kasih yang diterima - mestinya bukan masalah yang membuat seorang pelayan mudah keluar masuk gereja. Dalam setiap rumah tangga gereja memiliki aturan sendiri. Tergantung pribadi pelayan gereja yang bersangkutan. Juga tergantung aturan gereja dan pemimpin di gereja yang bersangkutan.



lalu teman saya komentar, "... lebih enak mengangkat staff gereja dari dalam sendiri. Sudah kenal dan paham dengan pemimpinnya. Sudah tahu baik buruknya gerejanya sendiri. Kalau ambil staff gereja dari luar apalagi dari mereka yang bermasalah di gereja sebelumnya. Seringkali mereka akan membuat masalah yang sama seperti di gereja sebelumnya. Itu kalau mereka belum menyelesaikan dengan baik masalah mereka sebelumnya. Tetapi kalau mereka sudah selesai dengan gereja sebelumnya, maka mereka lebih bisa menempatkan diri di tempat yang baru. Mungkin mereka sedang 'observasi' tempat baru, bisa jadi. Setelah cukup lama maka aslinya sifat mereka akan keluar juga ...". Saya hanya tersenyum mendengar pendapatnya. Ada benarnya juga apa yang disampaikan.



Siang itu selesai karena waktu kuliah sudah menanti, kami kembali ke kelas. Ketika hari itu kuliah selesai, saya pulang ke kantor yayasan di Banyumanik...



Saya merenungkan pembicaraan saya dengan teman saya waktu makan siang tadi. kalau pertanyaannya ditujukan kepada saya, anak buah seperti apa yang saya harapkan? Saya juga punya beberapa persyaratan.



Yang pertama adalah soal panggilan.

Orang yang bersangkutan harus memiliki panggilan pribadi dari TUHAN. Ini yang paling utama. Karena saya dan gereja lokal tidak bisa menjamin hidupnya tepat seperti panggilannya. Hanya orang yang bersangkutan dan TUHAN-lah yang paling tahu apakah sudah pas panggilannya dalam pelayanan. Saya tahu ini butuh waktu.
Ketika dia menggenapi panggilan dalam hidupnya lalu bergabung dalam gereja lokal tertentu, maka diharpkan akan terjadi 'perpaduan proses' yang saling menggenapi panggilan. Panggilan pribadinya berbaur dengan visi panggilan gereja lokal dimana dia bergabung. Yang kedua adalah tentang kerelaan untuk dibentuk dalam satu tubuh gereja lokal. Tidak ada gereja yang sempurna, tidak ada hamba TUHAN yang sempurna, juga tidak ada staff gereja yang sempurna.


Kalau semua pihak memiliki tujuan mulia yang sama, kesadaran yang sama untuk memberikan kontribusi sesuai dengan bagiannya masing-masing, saling menghargai posisi dan tugasnya, juga saling mendukung sebagai satu tubuh - maka gereja lokal itu akan bertumbuh maksimal sesuai dengan persembahan hidup para pelayannya. Yang ketiga masalah komitmen dan kesetiaan. Orang yang setia akan tetap tinggal bersama melewati masa-masa sulit. Sedangkan orang yang hanya mengambil manfaat dari posisi dan wewenangnya - tidak akan bertahan lama dalam kesulitan.



Yang ke empat adalah soal perubahan hidup dan saling melengkapi. Bagaimanapun perkembangan yang terjadi membutuhkan keluwesan sikap dari semua pihak yang terlibat. Saling membantu akan menjadi syarat keluwesan para pelayan TUHAN. Kalau hanya egois mau melayani sesuai dengan tugasnya saja, maka dia sedang menghambat proses kesatuan para pelayan dalam gereja lokal. Ada tawa canda juga ada yang menangis menghadapi masalah yang terjadi. Ada kerelaan untuk saling membantu dan saling menolong.



Tidak mudah untuk merekrut pelayan TUHAN. Lebih mudah merekrut pegawai perusahaan. Di perusahaan ada kesepakatan kerja yang dibuat, ada job description yang diberikan, ada standar penilaian kerja, juga ada evaluasi. Semua output pekerjaan di perusahaan bisa diukur, apalagi kalau ituberhubungan dengan insentif atau kenaikan gajinya. Relatif mudah dilakukan. Kalau di gereja berbeda. Bukan hanya job desc, bukan hanya tanggung jawabnya, tetapi juga karakternya, etikanya, seberapa sikapnya dengan jemaat, keluarganya, masalah hubungan sosialnya dan masih banyak lagi. Lebih kompleks.



Tetapi bagaimanapun melayani TUHAN itu suatu kehormatan. Suatu kebanggaan. Soal banyak hal kompleks yang perlu diperhatikan, itu sudah menjadi paketannya. Bukankah sesuatu yang mulia dan terhormat memang harus diusahakan dengan sepenuh hati? Tidak mudah dilewati prosesnya tetapi ujungnya kemuliaan Tuhan?

Sukacita saja ....! Nikmati saja.... Haleluya!

Benarlah perkataana aiini : "Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah."
Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu istri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang [1Tim. 3:1-2]

By His Grace,
Ps. Yosea D. Christiono

No comments:

Post a Comment

Bottom Ad [Post Page]