Mampukan Kami Ya Tuhan
Pagi hari, Saya sedang mengerjakan renungan untuk warta mingguan. Bukan catatan khotbah tetapi lebih kepada pengalaman bersama Tuhan. Belajar takut akan Tuhan. Renungan yang merupakan hasil berjalan bersama Tuhan. Saya ditemani dengan pujian yang mengalun lembut.
Ketika sedang diam merenung, hati sedang mencari Firman penutup renungan, saya mendengar lagu yang sedang mengalun, lagu lama.
Saya perhatikan syairnya, saya ulangi mendengar berulang-ulang...
Mampukan kami Tuhan
tuk menjawab panggilanMu
dan brikanku kerelaan
melayaniMu dengan sepenuh hati
Mampukan kami ya Tuhan
tuk menyelesaikan tugasku
dan brikanku kesetiaan
melakukan semuanya
Briku hati seorang hamba
yang mau menjadi jalanMu
biar lewat kami lawatan terjadi
Karpet Merah tergelar menyambut kedatanganMu
Saya hentikan membuat renungan, saya ikut menyanyi, berulang-ulang. Air mata saya menetes... Lagu lama ini berbicara kuat pagi itu. Menjadi doa yang meluap dari hati saya. Kalimat "dan brikanku kerelaan / melayaniMu dengan sepenuh hati" membuat saya menangis. Saya tidak bisa melanjutkan pujian. Saya membuka hati saya ke Tuhan.
Apalagi kalimat "dan brikanku kesetiaan / melakukan semuanya" membuat suara saya tidak keluar. Rasa haru karena tahu diri saya membutuhkan kerelaan dan kesetiaan dari Tuhan. Ada kesadaran diri yang menyeruak keluar.
"Ya Tuhan... mampukan aku menjawab PanggilanMu... Aku tahu aku butuh kerelaan. Aku butuh hatiku rela menyisihkan kepentinganku. Aku butuh kerelaan untuk menyisihkan agendaku dan mengambil agendanya Tuhan. Aku butuh hati yang rela untuk bisa melihat rencana Tuhan. Kalau aku tidak memiliki kerelaan, aku tidak bisa peduli dengan Kehendak Tuhan..."
Dan waktu menyanyikan bait yang kedua, hati saya semakin tersentuh.
Mampukan kami ya Tuhan / Tuk selesaikan tugasku / dan brikan ku kesetiaan / melakukan semuanya ...Kata "kesetiaan" membuat saya tersentak lagi.
"ya Tuhan... aku tidak sering tidak setia. Aku tidak layak ya Tuhan. Kalau engkau tetap memberikan kesempatan, itu karena Engkau memiliki Kasih Setia. Ampuni aku ya Tuhan. Beri aku KesetiaanMu ya Tuhan. Impartasikan Kasih SetiaMu kepadaku. Benar Tuhan, aku butuh kesetiaan. Bukan kesetiaan dari manusiaku tetapi kesetiaan yang Engkau miliki. Aku tahu dan sadar diri, aku tidak memiliki kesetiaan yang cukup untuk melakukkan tugasku. Aku kadang sibuk dengan hidupku sendiri ya Tuhan... Aku kadang berpaling kepada kesenanganku sendiri... Ampuni aku ya Tuhan ...."
.... Dan brikan ku kesetiaan / melakukan semuanya .... saya nyanyikan terus berulan-ulang.
Pagi yang indah. Saya merasakan hadirat Tuhan. Saya menikmati hadirat Tuhan. Maka sepanjang hari itu saya menyanyikan lagu itu.
Menjadi doa yang dinaikkan sepanjang hari. Dua kata yang memberikan kesadaran diri. KERELAAN DAN KESETIAAN. Saya sadar karya keselamatan manusia dimulai dengan KERELAAN Dua Pribadi. Kerelaan Pribadi Tuhan Bapa Sorgawi dan kerelaan AnakNya, Tuhan Yesus Kristus.
Bapa mau melepaskan AnakNya yang dikasihiNya. Bapa tahu AnakNya akan menjadi korban penebus dosa manusia. Bapa tahu AnakNya akan menderita di dunia. Bapa tahu AnakNya akan ditolak, dihina bahkan disiksa sampai mati. Tetapi Bapa Surgawi merelakanNya. Sungguh kerelaan yang didasari dengan Kasih yang Maha besar.
Pribadi kedua yang memberikan kerelaan untuk penebusan dosa manusia adalah Tuhan Yesus Kristus. Anak Allah yang mengasihi manusia. Dia rela meninggalkan semua kemuliaan di surga dan menjadi manusia.
Tidak butuh kerelaan untuk seseorang naik posisi ke tempat yang lebih baik.
Tetapi kalau seseorang harus melepaskan kemuliaan dan kekuasaannya untuk TURUN ke posisi lebih rendah dan lebih tidak nyaman, itu butuh TUJUAN yang SANGAT MULIA, KERENDAHAN HATI dan KERELAAN.
Tidak mudah untuk rela menderita dan berkorban bagi orang yang menolak pertolonganNya.
Yang berikutnya adalah KESETIAAN.
Tuhan Yesus setia dengan panggilanNya. Tuhan Yesus mau menundukkan diri kepada hukum alam, dimana Dia harus dibesarkan dalam keluarga Yusuf dan Maria. Tuhan Yesus rela masuk dalam persiapan yang panjang sampai pada waktu untuk melayani. Tiga puluh tahun persiapan, itu kalau tidak ada hati yang SETIA dengan panggilanNya, maka bisa berhenti di tengah jalan.
Saya sadar saya butuh kesetiaan. Hanya Tuhan Yesus Pribadi yang lulus dengan Kesetiaan sempurna. KetaatanNya kepada Bapa sampai mati membuktikan kesetiaanNya. Makanya Bapa memberikan kepadaNya Nama di atas segala Nama.
Tuhan ... berikan aku kerelaan untuk melayaniMu dengan sepenuh hati ...
Tuhan ... berikan aku kesetiaan untuk menyelesaikan semua tugasku ...
Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan Nya [Fil. 2:12-13]
By His Grace,
Ps. Yosea Christiono
No comments:
Post a Comment