Spot Informasi Bisnis dan Lifestyle Anda

Full width home advertisement

SafelinkU | Shorten your link and earn money

Post Page Advertisement [Top]

SafelinkU | Shorten your link and earn money

TAWARAN YANG MENGHIBUR

Siang hari, saya sedang melihat-lihat pekerjaan tukang di lantai 3 kantor Yayasan. Saya duduk di pojok. Ada kursi kayu yang panjang. Tiba-tiba HP saya bergetar. Ada email atau WA yang masuk. Sementara saya biarkan saja. Saya sedang asyik memperhatikan pekerjaan tukang.


Buat saya melihat tukang bekerja seperti hiburan. Tadinya mereka merasa risih kerja kok dilihatin. Tetapi lama kelamaan mereka biasa saja. Sambil melihat pekerjaan mereka sambil saya ajak bicara. Ngobrol apa saja yang ringan, yang lucu-lucu. Itu ternyata menghibur mereka dan juga menghibur saya. Mungkin kalau di banyak urusan lain, saya harus tampil serius dan memikirkan yang berat-berat. Maka sambil ngobrol dengan tukang yang lagi bekerja menjadi hiburan buat saya. Santai, ringan, tanpa beban babar blas...



HP saya bergetar lagi. Saya coba lihat sebentar. Ternyata WA dari teman baik saya. Dia mendengar apa yang terjadi dengan saya. Dia mendengar ada ketidak adilan dan fitnah yang menerpa saya. Tetapi dia tahu ketulusan dan kesungguhan saya melayani Tuhan. Dia juga tahu saya serius dengan setiap tanggung jawab yang diberikan kepada saya. WA-nya menarik. Dia menawari saya untuk bekerja di organisasi lain, kalau saya sudah tidak lagi di divisi yang saya sedang pimpin. Dia katakan " ... daripada ketulusan dan kesungguhanmu tidak dihargai, ini ada organisasi besar yang membutuhkan pemimpin seperti kamu ... "

Wah ... saya terkejut. Tetapi saya juga terhibur. Di tengah-tengah tekanan dan fitnahan yang terus menerpa dari orang jahat yang ambisius, ada teman baik yang menawari pekerjaan di organisasi lain. Apalagi organisasinya juga besar. Saya tersanjung.


Saya tahu kapasitas saya, saya tahu tekad saya kalau melayani dan bekerja. Saya lakukan pekerjaan dan pelayanan saya dengan sepenuh hati. Karena kalau saya bekerja dan melayani tidak dengan sepenuh hati, maka saya sendiri yang rugi. Pekerjaan dan pelayanan yang dikerjakan setengah hati, hasilnya tidak akan maksimal dan saya juga tidak terima upah dari Tuhan. Saya percaya dengan Firman yang mengatakan :

Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah Tuan dan kamu hamba-Nya. [Kol. 3:23-24]
Makanya saya selalu sepenuh hati melakukan pekerjaan dan pelayanan. Saya berterima kasih kepada teman saya yang peduli dengan saya. Saya bersyukur memiliki teman-teman yang mengasihi saya. Tetapi kemudian saya minta maaf. Saya belum bisa terima tawarannya. Saya tahu ada kesempatan baru terbuka, tetapi pelayanan dan pekerjaan yang sekarang ini belum tuntas selesai. Saya tahu ada kesulitan dan tekanan, tetapi bukankah itu hal biasa dalam dunia kerja dan dunia pelayanan? Saya masih punya tugas yang belum selesai dikerjakan. Ada satu dua fondasi penting yang sedang saya kerjakan. Saya tidak mungkin meninggalkannya begitu saja. Saya juga memiliki tanggung jawab dengan 300 orang yang saya pimpin. Mereka membutuhkan dasar yang teguh bagi pekerjaan mereka. Sementara kalau saya tuntas mengerjakan fondasi ini, maka mereka akan sangat tertolong di kemudian hari. Saya juga tidak mau egois. Saya tidak mau bekerja dan melayani hanya untuk kepentingan saya sendiri.


Sekali lagi saya minta maaf ke teman saya. Saya katakan bahwa saya harus selesaikan satu demi satu. Kalau yang satu belum selesai lalu loncat ke pekerjaan lain, saya tidak memberi teladan yang baik kepada penerus saya. Dia maklum dengan alasan saya. Saya terhibur. Sungguh di tengah-tengah cercaan salah paham dan ambisi orang yang jahat, saya bertahan. Saya hanya mau selesaikan tugas saya dengan baik. Saya tidak berbuat salah dalam memimpin. 



Saya tidak ada masalah keuangan sedikitpun. Saya hanya memiliki ketulusan dan kesungguhan melayani Tuhan dan umatNya. Dan mereka yang culas dan memiliki ambisi pribadi yang terganggu. Orang-orang di sekitar saya memahami niat hati saya. Saya bersyukur sudah dari awal mula saya selalu menceritakan semua yang terjadi dalam organisasi kepada para pemimpin. Apapun tekanan dan sikap buruk yang saya terima karena jabatan saya - saya ceritakan kepada para pemimpin ini. Tidak banyak. Kalau dihitung sekitar 16 orang.



Mereka tahu proses dari waktu ke waktu yang terjadi. Saya bukan mau membela diri. Saya hanya mau cerita kejadian yang terjadi apa adanya. Supaya suatu kali ketiak fitnah baru diluncurkan, maka mereka tahu kebenarannya. Saya hanya tidak mau orang memfitnah saya atas perbuatan baik yang saya lakukan. Saya tidak membalas. Saya juga tidak akan mencari pembelaan. Cukup mereka yang saya pimpin langsung tahu apa yang sebenarnya terjadi. Soal orang lain kemudian percaya yang mana, itu bukan urusan saya. Saya tidak bisa mengatur orang untuk percaya ke berita yang mana. Saya hanya perlu memberi pengertian kepada para pemimpin di bawah saya. 

Apa yang baik, yang kamu miliki, janganlah kamu biarkan difitnah.  [Roma. 14:16]
Tapi siang itu saya bersyukur mendapatkan penghiburan. Di tengah-tengah tekanan yang terjadi, di tengah-tengah saya diam tidak membalas - ternyata ada tawaran yang menghibur. Saya jadi tidak merasa sendirian. Saya tahu Tuhan mengasihi saya. Dan Tuhan memberi orang-orang yang baik, yang tidak memiliki ambisi jahat, yang saya mau bekerja melayani Tuhan. Saya bersyukur Tuhan menghibur saya. Saya bersyukur Tuhan mengasihi saya. Dan saya yakin Tuhan menyiapkan masa depan yang luar biasa buat saya. Haleluya!
Dan Ia, Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah Bapa kita, yang dalam kasih karunia-Nya telah mengasihi kita dan yang telah menganugerahkan penghiburan abadi dan pengharapan baik kepada kita, kiranya menghibur dan menguatkan hatimu dalam pekerjaan dan perkataan yang baik. [2 Tes. 2:16-17]

By His Grace,
Ps. Yosea D. Christiono

No comments:

Post a Comment

Bottom Ad [Post Page]