Pembelajaran tentang logika rohani ini muncul "tidak sengaja". Dalam salah satu khotbah saya, beberapa kali saya mengatakan "logika rohani" berkali-kali. Sebenarnya saat itu khotbah saya tidak menitikberatkan kepada perbedaan logika rohani yang dibandingkan dengan logika manusiawi, tetapi karena kalimat itu berkali-kali disebut maka saya tahu ada pembelajaran baru untuk saya.
Saya tahu bahwa kata ini harus menjadi perenungan saya. Harus menjadi penggalian kebenaran di hari-hari berikutnya.
Saya mencoba mencari istilah itu dalam Alkitab, ternyata belum ketemu. Yang saya temukan adalah istilah 'pertimbangan dan pikiran hati'.
Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita [Ibr. 4:12]
Frase 'pikiran hati' itulah yang saya maksud dengan logika rohani. Saya memakai istilah logika rohani untuk lebih memudahkan jemaat yang mengerti.
Ketika saya menghadapi sesuatu yang memaksa saya mengambil keputusan, maka semua kebenaran, prinsip hidup dan nilai kehidupan yang saya miliki akan muncul. Semua akan muncul menjadi bahan pertimbangan dan filter untuk memutuskan sesuatu. Apakah saya setuju atau tidak, apakah saya akan memihak atau tidak bahkan apakah saya akan mengubah sikap atau tidak.
Logika rohani atau logika kebenaran dibangun oleh Kebenaran Firman yang terjalin erat dengan pengertian, iman, dan pengalaman pribadi dengan Tuhan - yang kemudian menjadi dasar pemikiran, sikap, dan perbuatan saya.
Contoh terbentuknya logika rohani adalah seperti berikut :
Kalau saya mengalami kelahiran baru, artinya saya menerima Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat pribadi dan Tuhan saya - saya akan memiliki hati yang baru dan hubungan rohani yang baru. Itu kebenaran yang menjadi dasar hidup saya berikutnya.
Lalu pengalaman kelahiran baru saya itu dilengkapi dengan Baptisan Roh Kudus sekian waktu kemudian, maka bertambahlah pengalaman pribadi saya dengan Tuhan. Saya berdoa dengan akal budi saya, saya juga berdoa dengan roh saya.
Lalu selanjutnya bertambahlah pengalaman demi pengalaman dengan Tuhan Roh Kudus yang menolong, membimbing dan menegur saya.
Pengalaman dengan Kebenaran dalam hidup saya itulah yang membangun logika rohani saya. Saya kemudian memiliki pertimbangan dan pikiran hati yang sejalan dengan Kebenaran.
Kalau kemudian suatu kali saya bertemu dengan seseorang yang mengaku mengalami kelahiran baru, maka logika rohani saya mengatakan bahwa orang ini mengalami pengalaman dengan Tuhan Roh Kudus seperti yang saya miliki.
Kalau dalam perkembangannya orang ini kemudian mengatakan beberapa hal yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan, maka logika rohani saya mengatakan bahwa 'ada yang tidak beres dengan orang ini'. Karena kalau orang mengalami kelahiran baru maka dia akan mencari Kebenaran melalui Firman Tuhan, bergaul dengan Tuhan Roh Kudus dan tidak ngawur memakai Firman Tuhan untuk kepentingannya sendiri.
Kebenaran, iman dan pengalaman pribadi dengan Tuhan membangun logika rohani saya.
Bukan hanya tentang kelahiran baru tetapi juga semua fondasi kehidupan yang dibutuhkan.
Contoh seorang suami mengaku keluarganya harmonis tetapi kemudian dalam kesempatan terpisah anaknya kepahitan dengan ayahnya.
Logika rohani (logika kebenaran) saya mengatakan bahwa kalau seseorang mengaku keluarganya harmonis maka dia akan mengasihi keluarganya, dia menyediakan waktu yang cukup untuk keluarganya, memenuhi kebutuhan materi, jiwani dan rohani untuk keluarganya, memiliki hubungan yang hangat dengan istri dan anak-anaknya, juga menyelesaikan dengan baik salah pengertian yang timbul. Tetapi kalau kemudian didapati anaknya kecewa sampai kepahitan dengan ayahnya - maka logika rohani saya atas pengakuannya 'keluarga yang harmonis' mengatakan yang berbeda. Artinya ada sesuatu yang 'tidak pas' atau ada salah dengan pengakuannya.
Logika rohani ini terus berkembang sesuai dengan kebenaran Firman yang terungkap yang menjadi Rhema, juga pengertian yang semakin dalam yang muncul dari bertambahnya pengalaman pribadi dengan Tuhan.
Logika rohani semakin dalam, semakin murni dan semakin kudus sejalan dengan kehidupan bersama Tuhan yang dijalani.
Semakin hari semakin banyak logika rohani yang terbangun, semakin berpengaruh kehidupan rohani kita kepada kehidupan sehari-hari kita.
Saya jadi menyimpulkan bahwa kalau orang tidak membangun logika rohaninya, maka logika manusiawi-nyalah yang berperan besar dalam hidupnya. Setiap kejadian akan ditimbang dan diputusi sesuai dengan logika manusiawi. Padahal logika manusiawi adalah pertimbangan daging....
Kalau orang tidak biasa mengasah dan membangun logika rohaninya - maka dia akan memiliki semua logika duniawi dan menusiawi. Sungguh kemudian menjadi kehidupan yang jauh dari Tuhan, bahkan menjadi kehidupan yang melawan Tuhan.
Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. Karena keinginan daging adalah mau, tetapi keinginan Rjoh adalah hidup dan damai sejahtera. Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah. [Roma 8:5-8]
By His Grace,
Ps. Yosea D. Christiono
No comments:
Post a Comment