DIPUKUL DI TITIK LEMAH
Malam hari. Saya sudah menyelesaikan 3 tugas konseling malam itu. Setiap konseling pranikah saya sediakan 1 jam untuk masing-masing pasangan. Jadi kalau mereka datang terlambat maka akan didesak oleh pasangan berikutnya. Buat saya konseling pranikah ini seperti waktu belajar...
Anak-anak masih menonton TV di ruang keluarga. Saya gabung dengan mereka. Santai. Kami ngobrol beberapa hal ringan. Setelah cukup nonton TV, masing-masing masuk ke kamarnya, saya masih di ruang keluarga sendirian. Istri saya ikut anak-anak perempuan saya ke kamarnya. Saya nonton TV sambil tiduran. Saya pilih bergantian saluran TV satu demi satu. Di salah satu channel saya berhenti. Saya lihat tontonan yang tidak biasa. Acaranya pertandingan free style fighting – pertarungan dengan bebas. Seperti tinju tetapi bebas. Bisa dengan pukulan tangan, sikut, gulat, bahkan dengan tendangan kaki. Saya tertarik untuk menontonnya.
Saya perhatikan yang sedang berlangsung. Saya lihat ada seorang Rusia yang berbadan kekar. Dari prestasi yang disebutkan, saya tahu dia bukan petarung pemula. Sementara malam itu lawannya adalah petarung dari Jepang. Dia juga memiliki beberapa prestasi petarungan yang bagus. Petarungan itu hanya berjalan 2 ronde. Ronde pertama 10 menit dan ronde kedua 5 menit. Itu pertarungan bebas. Saya memperhatikan pertarungan dari awal. Buat saya menarik, memperhatikan pukulan demi pukulan yang mereka lakukan. Adu strategi dan adu kekuatan. Sekian menit berlalu, saya lihat petarung Jepang melakukan serangan monoton. Dia lebih banyak menendang kaki lawannya. Itu dilakukan terus menerus. Saya pikir itu tidak akan berhasil. Untuk seorang petarung profesional – bagaimanapun mereka sudah berlatih untuk tahan pukulan, termasuk tendangan di kaki. Jadi saya melihat petarung Rusia ini lebih punya kans untuk menang. Ronde pertama berlalu dengan monoton. Petarung Jepang masih lebih banyak memukul kaki lawannya dan petarung Rusia mendapatkan point lebih banyak dengan pukulan yang dilancarkannya. Ronde pertama dimenangkan oleh petarung Rusia.
Setelah istirahat beberapa saat, ronde kedua dimulai. Dan petarung Jepang ini tetap konsisten dengan pukulannya. Dia terus memukul kaki lawannya. Dari sisi luar maupun sisi dalam. Dan di menit kedua ada yang aneh terjadi. Walau petarung Rusia ini masih segar dan kuat, tetapi kakinya mulai goyah. Sekali tendang di kaki kemudian dia roboh. Dia berusaha berdiri lagi tetapi posisinya sudah tidak tegak. Si Jepang terus menendangnya di kaki. Akhirnya dia sudah roboh 3 kali, dia kalah.
Sementara saya lihat upacara kemenangannya, Tuhan mengajari saya. Pertandingan tadi dimenangkan dengan strategi, bukan hanya dengan kekuatan fisik. Petarung Jepang sudah tahu bahwa kelemahan petarung Rusia ini adalah di kakinya. Dengan aturan 3 kali roboh akan kalah – maka dia hajar terus di kaki, di sisi lemah lawannya. Dan dia menang... Saya jadi sadar. Saya juga punya kelemahan. Saya harus hati – hati dengan kelemahan saya. Kalau saya dihantam terus di bagian yang lemah ini maka saya bisa roboh. Walau sebenarnya saya masih punya kekuatan yang besar, tetapi kalau kaki saya goyah maka saya bisa kalah. Sambil menonton petarung Jepang mengangkat medalinya – hati saya belajar...
Saya ingat bagaimana tokoh-tokoh Alkitab dikalahkan. Bagaimana Yudas dikalahkan dengan uang, Daud dikalahkan dengan kesombongan dan wanita, Salomo dikalahkan dengan wanita, Elia dikalahkan dengan intimidasi Izebel, Musa dikalahkan dengan emosinya, Simson dikalahkan oleh kesombongan dan wanita dan masih banyak contoh tokoh lain lagi. Bagaimanapun semua orang punya kekuatan dan kelemahan. Kita tetap harus menjaga kekuatan kita tetapi jangan lengah dengan kelemahan kita. Menjaga kekuatan adalah dengan tetap setia dengan panggilan, mengambil pilihan yang membawa kehidupan, mengambil keputusan yang berdasar Kebenaran Tuhan, miliki telinga yang mendengar dan hati yang belajar. Dengan terus menempel kepada Tuhan dan berlindung di bawah karya Salib dan Darah Anak Domba – akan membuat saya tetap dalam perlindungan Tuhan. Saya mesti waspada dengan hidup saya. Saya bersyukur diajari dan diingatkan Tuhan melalui tontonan pertarungan di TV malam itu. Saya bersyukur Dia Tuhan yang hidup, Tuhan yang mendengar, Tuhan yang bicara dan Tuhan yang bertindak. Dia Tuhan Bapa yang baik...
Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia – Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat [2Korintus 10:9-10]
By His Grace,
Ps. Yosea D. Christiono
No comments:
Post a Comment